Thursday, 11 September 2014

CONTOH NARASI


Tema : Cinta Terlarang (Narasi)
Kerangka:     1. Perkenalan Siti dengan Syahrul
  2. Terjalin hubungan Cinta
  3. Orang tua tidak setuju

          Nama ku Siti, aku berumur 17 tahun, sekolah di salah satu sekolah favorit di tempat ini. Seperti biasa saat pagi aku menunggu bus di halte tempat biasa aku menunggu untuk pergi sekolah. Saat bus yang di tunggu datang, aku bergegas untuk menaiki bus tersebut. Alangkah sialnya, tiba-tiba kaki ini tergelincir saat menaiki tangga bus. Seketika itu ada seseorang yang menolong memegangi tangan saya. Ternyata setelah aku menoleh dia adalah seorang lelaki. Bertambah malu lagi aku.. segera mungkin aku berterima kasih kepada lelaki itu dan langsung mencari tempat duduk tanpa banyak basa-basi. Ceroboh sekali aku bisa melakukan hal tadi di tempat umum, untung saja tidak jadi jatuh. Masih dalam satu bus, sesekali aku menoleh untuk melihat wajah lelaki yang menolongku tadi, waah.. siapa namanya, baik sekali dia, manis pula, mungkin umurnya tidak jauh berbeda dengan ku. Terlintas dipikiran ingin berkenalan. Tapi, aku kan perempuan masa meminta berkenalan dulu. Tiba-tiba sudah sampai terminal berikutnya, aku pun turun. Tapi ko lelaki itu tidak turun yah? Mau kemana dia. Apa urusannya denganku, Hiraukan sajalah.
          Setelah tiba di sekolah, ternyata temanku berkata ada murid baru di kelasku. Pagi ini pelajaran bu Sinta, saat pelajaran berlangsung tiba-tiba ada seseorang yang masuk. Loh, itu kan orang yang tadi. Pikirku dalam hati.. kenapa dia bisa disini, untuk apa dia kesini? Rasa malu mengahampiriku lagi mengingat kejadian tadi pagi. “Maaf bu, saya terlambat. Saya tadi tersesat karena ini baru pertama kalinya saya pergi ke tempat ini.” Ujar lelaki itu. Bu Sinta entah mengapa langsung saja meperbolehkan masuk dan mengikuti pelajaran ini. Padahal jika ada siswa yang tidak tertib, minta ampun nasi bisa menjadi bubur. Setelah pelajaran bu Sinta selesai beliau bilang bahwa aku diminta untuk mengantar lelaki yang terlambat itu untuk memperkenalkan ruangan di sekolah ini.      
          Saat aku mengantarnya ke beberapa ruangan, kami sempat berbincang bincang. Dan berkenalan, ternyata lelaki itu bernama Syahrul. Dan kami sempat membahas masalah tadi pagi yang sempat menimpaku ini. Sungguh malu , dan aku pun meminta maaf lagi kepadanya. “Tidak apa, hanya kecelakaan kecil tadi” kata syahrul. Setelah selesai mengantarnya kami kembali lagi ke kelas, karena bel istirahat pun sudah selesai. Syahrul, mungkin jika kamu membutuhkan bantuanku bisa panggil saja aku. “oke terima kasih , mohon bimbingannya ya” kata syahrul sambil tersenyum. Hatiku berdesir melihat senyumannya yang manis itu. “ Ternyata tidak seperti yang dibayangkan, humoris juga dia “ Pikirku.
          Waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore, waktunya pulang. Saat melintasi pintu gerbang ternyata di depan sudah ada syahrul di situ. “Sedang apa kau, kenapa belum pulang” Tanya ku. “Ayo pulang bersama, kita kebetulan satu arah kan. Lumayan untuk teman ngobrol di bus.” ajak syahrul. “Oh, ayo lagi pula jika sendiri akan terasa bosan” kata ku. Sepanjang perjalanan kita mengobrol entah itu hal tentang sekolah atau tentang pribadi. Ternyata, Syahrul itu baru saja pindah dari desa, dan disini bersama sepupunya. Lama-kelamaan rasa kantuk ku mulai datang, karena kebiasaanku juga tertidur di bus setelah sekolah. Tidak sadar ternyata syahrul membangunkan ku karena sudah sampai di halte yang dituju. “Terima kasih Syahrul” ucap ku. Mungkin jika tidak dibangunkan aku bisa saja sampai halte selanjutnya. Kami berjalan menuju rumah masing-masing. Sekitar 10 menit sampai di perempatan syahrul mengatakan jika ia harus belok arah dengan aku. Sebelum pergi dia meminta nomor telepon ku dulu, apakah tidak terlalu cepat memberikan nomor ini kepadanya? Mungkin dia kan anak baru disini jadi belum punya banyak teman, dan kita kan satu sekolah. Ini nomer aku, jika ada sesuatu bisa hubungi aku saja, mungkin bisa membantu. “Terima kasih cantik” kata Syahrul sambil melambaikan tangan.
          Malam hari mungkin lebih enak santai di teras, tiba-tiba ayahku datang duduk bersebelah denganku. Secangkir kopi menemani obrolan kita berdua. “Nak, bagaimana sekolahmu? Di lihat ko lesu sekali.”ujar ayah. “Kenapa ini yah, ko tiba-tiba bicara seperti ini tumben sekali, pelajaran semakin banyak yah. Juga sekarang diadakan les sore. Yah, boleh tidak siti ngekos ?”Pinta ku.  “Oh, jika kamu ingin seperti itu ya tidak apa-apa. Asal bisa jaga diri saja, ini kan kota.” Kata ayah. Di tengah obrolan, tiba-tiba terdengar suara teleponku berbunyi. Langsung saja aku masuk kamar dan menjawab telepon itu. “Hallo, maaf dengan siapa ini?” Tanya ku. “waah, sok tidak kenal. Aku kan pangeranmu.” Siapa ini sopan sekali anda. “hehe, maaf aku Syahrul. Lagi apa cantik?” kata syahrul. Hei, dasar kamu. “Aku kira kamu siapa -_- , lagi santai aja ini. Ada apa ko telfon segala”Jawab ku. “Maaf ganggu, lagi iseng aja. Tidak ada temen ngobrol disini.” Kata syahrul. Tiba-tiba terdengar bunyi gitar dan seketika itu syahrul menyanyi. Iseng saja aku tinggal tidur. Paginya, seperti biasa, berangkat ke sekolah pukul 6 . Sesampainya, terlihat hidung batang syahrul di kelas. Dia pun menghampiriku, “hei, tadi malem ko aku ditinggal tidur sih? bicara sendiri jadinya aku.” Ujar Syahrul. “Haha, maaf deh, habisnya sudah ngantuk dan juga suara kamu itu membuat tambah mengantuk”Kataku. “Waah, berarti suara aku merdu dong” lirik Syahrul. “Maaf saja aku tidak bilang seperti itu” Ledek ku. Tapi kenyataanya mukaku menjadi memerah karena malu. Semakin hari kami semakin akrab saja, hampir setiap malam dia menelepon ku. Sempat terlintas di fikiran ku apakah dia menyukaiku. Kenapa dia baik sekali. Hiraukan saja lah, mungkin aku yang terlalu PD.
          “Siti, ko kamu jarang naik bus lagi? Apa mungkin kamu naik kendaraan sendiri ya?” Tanya Syahrul. “Ah tidak, aku sekarang mengekos di dekat sini. Badan aku terlalu lelah untuk pulang pergi setiap hari” ucapku. “Oh, pantas saja. Wah, jadi tidak ada bidadari lagi yang menemani pulang ini” rayu Syahrul. “Wah kamu, ada-ada saja” Jawab ku. “Boleh minta tolong? Ini nih, aku bingung dengan PR ini” tanya syahrul. “Yang mana? , oh ini toh” Jawabku. Mengangguk-angguk sambil melihat . Tiba-tiba buku yang aku pegang terjatuh. Sontak saja aku langsung mengambil buku itu, namun ternyata syahrul lebih cepat mengambilnya. “Duuuk” terdengar suara pukulan. “Syahrul ! sakit tahu.. ahh” jerit ku sambil memegangi jidat. “Waah, maaf tidak sengaja. Aku juga sakit ini, maaf ya?” belas Syahrul. “Ciee” teriak teman-teman. Kenapa juga mesti terjadi  seperti ini, batinku. Bukan hanya jidat ku yang sakit tapi hati ku juga sakit setelah kejadian ini. Di kelas, bukannya memperhatikan guru malah melamun terus. Loh, kenapa sih. ada apa ko aku memikirkan dia terus. “Jangan sampai jangan” pikirku. Sambil menepuk pipinya. Kejadian yang sama juga di alami syahrul, dia senyum-senyum sendiri memikirkan hal tadi. Mereka berdua mulai tumbuh rasa sayang, namun belum ada yang mengetahuinya.
          Saat jam istirahat Syahrul kembali mengajak siti makan siang. Namun, siti menolaknya karena masih ada tugas yang belum di selesaikannya. “Maaf ya, kamu makan sendiri dulu” Jawabku. “Oh, tidak apa. Apa perlu nanti aku bawakan makan?” tanya Syahrul. “Tidak usah, merepotkan saja. Lagian masih ada roti di tas ku tadi”Jawabku. Setelah Syahrul pergi aku menghela napas panjang-panjang. Kenapa jantungku berdetak cepat. “Huh, tidak apa lah tidak istirahat, dari pada harus makan bareng sama Syahrul. Takut salah tingkah nantinya” Pikirku. Saat di rumah ada sms masuk, ternyata dari Syahrul. “hai cantik, nanti malam ada acara tidak ? makan yuk” . “Haduh, aku balas apa ini, tapi apa salahnya sih. Cuma makan malam inih, lagian bosen juga sendirian terus di kos-kosan” Batinku. “oke, dimana? Ketemu dimana?”. “Nanti aku jemput kamu, sampai jumpa nanti malam ya”. Balas Syahrul, hela napas yang panjang. “Hanya makan biasa, inget !” pikirku.
          Malam harinya, tepat pukul 19.00 aku sudah rapi dengan baju ku. Suara bel berbunyi. Mungkin Syahrul, saat ku buka pintu hanya terdiam menatapnya. Manis sekali dia, ada apa ini. Kan makan malam biasa, tidak sepadan dengan baju yang kukenakan. Waah wah, rapi sekali. “Mau kondangan ya pak? Hehe” Ledekku. “Ahh, bisa saja. Sudah siap? Ayo bidadari silakan naik motorku” kata Syahrul. Sesampainya di sana. Aku bingung apa dia tidak salah tempat. Karena ini sepi. Kami berdua masuk suara biola mengiringi langkah kami. Tepat di depan sudah ada meja . aku duduk, dan memesan sebuah makanan. Sama halnya dengan Syahrul. “Syahrul, ini kan tempat bagus ko tidak ada pengunjungnya” Tanyaku. “Tempat ini aku sediakan untukmu sayang, maukah kau jadi pacarku?” ucap syahrul. dag dig dug, getaran jantungku semakin kencang. Apa yang harus ku perbuat . terima atau tidak? Ahh, sudah tidak nafsu makan ini. “Apakah kamu serius?” Tanyaku. “Sungguh serius, sejak aku melihat menolongmu di bus itu aku sudah tertarik padamu. Tidak sengaja aku mendapatkan sekolah yang sama denganmu. Entah itu kebetulan atau juga rencana Tuhan.” Kata Syahrul. Dengan segala pertimbangan ahirnya aku menerima tawarannya. Sejak saat itu kami resmi berpacaran. Di sekolah kami menjadi lebih sering bersama , makan siang bersama, bercanda gurau, bekerja kelompok, mengerjakan tugas.
          Suatu malam, saat aku menonton televisi di kos-kosanku. Tiba-tiba terdengar bel berbunyi. Aku intip terlebih dahulu, karena aku saat itu sedikit takut. Ternyata Syahrul, kubuka pintu dan dia masuk. “Ada apa ini, tumben main?”Tanyaku. “Tidak, hanya kangen saja ingin bertemu boleh kan?” ucap Syahrul. “Ohh, tidak apa. Mau minum apa?” Tanyaku. “Tidak usah repot, cukup jus melon ya. Hehe” Canda Syahrul. “Haha, okeh tuan akan saya buatkan teh manisnya saja ya”Ucapku. “tidak usah terlalu manis, takut nanti kesaing sama kamu” gombal Syahrul. Aku buatkan dia teh di dapur, Syahrul menunggu di ruang tamu. Namun, bel berbunyi. Tapi, aku tidak sempat membukakan pintunya. Tiba-tiba “aww” aku tergelincir seketika itu Syahrul menolongku, dia memegangi tanganku, dia pijit kakiku yang keseleo. “Apa yang kalian lakukan! “ Tiba-tiba terdengar suara ayah. Dia sudah muncul di hadapanku, ternyata itu ayah, belum sempat aku bukakan pintu. Ayah melihat Syahrul memegangi tubuhku. Aku langsung berdiri, takut ayah salah paham. Langsung saja aku jelaskan, namun malam itu ayah benar-benar marah. Aku benar-benar dilarang lagi berteman dengan Syahrul bahkan ayah mengatakan bahwa mulai besok aku harus meninggalkan tempat kosku. Aku akan di antar dan dijemput setiap hari. Kali ini ayah tidak bisa di ajak kompromi lagi.

          Sejak saat itu kami berdua sudah tidak pernah bertemu kembali. Mungkin dia sudah menyerah denganku. Dia pun pindah sekolah lagi ke tempat lain. Ahirnya aku hanya fokus kepada pelajaranku, tidak mau mengambil resiko seperti dulu.