Kerangka: 1.
Perkenalan Siti dengan Syahrul
2. Terjalin hubungan
Cinta
3. Orang tua tidak setuju
Nama
ku Siti, aku berumur 17 tahun, sekolah di salah satu sekolah favorit di tempat
ini. Seperti biasa saat pagi aku menunggu bus di halte tempat biasa aku
menunggu untuk pergi sekolah. Saat bus yang di tunggu datang, aku bergegas
untuk menaiki bus tersebut. Alangkah sialnya, tiba-tiba kaki ini tergelincir
saat menaiki tangga bus. Seketika itu ada seseorang yang menolong memegangi
tangan saya. Ternyata setelah aku menoleh dia adalah seorang lelaki. Bertambah
malu lagi aku.. segera mungkin aku berterima kasih kepada lelaki itu dan
langsung mencari tempat duduk tanpa banyak basa-basi. Ceroboh sekali aku bisa
melakukan hal tadi di tempat umum, untung saja tidak jadi jatuh. Masih dalam
satu bus, sesekali aku menoleh untuk melihat wajah lelaki yang menolongku tadi,
waah.. siapa namanya, baik sekali dia, manis pula, mungkin umurnya tidak jauh
berbeda dengan ku. Terlintas dipikiran ingin berkenalan. Tapi, aku kan
perempuan masa meminta berkenalan dulu. Tiba-tiba sudah sampai terminal
berikutnya, aku pun turun. Tapi ko lelaki itu tidak turun yah? Mau kemana dia.
Apa urusannya denganku, Hiraukan sajalah.
Setelah
tiba di sekolah, ternyata temanku berkata ada murid baru di kelasku. Pagi ini
pelajaran bu Sinta, saat pelajaran berlangsung tiba-tiba ada seseorang yang
masuk. Loh, itu kan orang yang tadi. Pikirku dalam hati.. kenapa dia bisa
disini, untuk apa dia kesini? Rasa malu mengahampiriku lagi mengingat kejadian
tadi pagi. “Maaf bu, saya terlambat. Saya tadi tersesat karena ini baru pertama
kalinya saya pergi ke tempat ini.” Ujar lelaki itu. Bu Sinta entah mengapa
langsung saja meperbolehkan masuk dan mengikuti pelajaran ini. Padahal jika ada
siswa yang tidak tertib, minta ampun nasi bisa menjadi bubur. Setelah pelajaran
bu Sinta selesai beliau bilang bahwa aku diminta untuk mengantar lelaki yang
terlambat itu untuk memperkenalkan ruangan di sekolah ini.
Saat
aku mengantarnya ke beberapa ruangan, kami sempat berbincang bincang. Dan
berkenalan, ternyata lelaki itu bernama Syahrul. Dan kami sempat membahas
masalah tadi pagi yang sempat menimpaku ini. Sungguh malu , dan aku pun meminta
maaf lagi kepadanya. “Tidak apa, hanya kecelakaan kecil tadi” kata syahrul. Setelah
selesai mengantarnya kami kembali lagi ke kelas, karena bel istirahat pun sudah
selesai. Syahrul, mungkin jika kamu membutuhkan bantuanku bisa panggil saja
aku. “oke terima kasih , mohon bimbingannya ya” kata syahrul sambil tersenyum.
Hatiku berdesir melihat senyumannya yang manis itu. “ Ternyata tidak seperti
yang dibayangkan, humoris juga dia “ Pikirku.
Waktu
sudah menunjukkan pukul 4 sore, waktunya pulang. Saat melintasi pintu gerbang ternyata
di depan sudah ada syahrul di situ. “Sedang apa kau, kenapa belum pulang” Tanya
ku. “Ayo pulang bersama, kita kebetulan satu arah kan. Lumayan untuk teman
ngobrol di bus.” ajak syahrul. “Oh, ayo lagi pula jika sendiri akan terasa
bosan” kata ku. Sepanjang perjalanan kita mengobrol entah itu hal tentang sekolah
atau tentang pribadi. Ternyata, Syahrul itu baru saja pindah dari desa, dan
disini bersama sepupunya. Lama-kelamaan rasa kantuk ku mulai datang, karena
kebiasaanku juga tertidur di bus setelah sekolah. Tidak sadar ternyata syahrul
membangunkan ku karena sudah sampai di halte yang dituju. “Terima kasih
Syahrul” ucap ku. Mungkin jika tidak dibangunkan aku bisa saja sampai halte
selanjutnya. Kami berjalan menuju rumah masing-masing. Sekitar 10 menit sampai
di perempatan syahrul mengatakan jika ia harus belok arah dengan aku. Sebelum
pergi dia meminta nomor telepon ku dulu, apakah tidak terlalu cepat memberikan
nomor ini kepadanya? Mungkin dia kan anak baru disini jadi belum punya banyak
teman, dan kita kan satu sekolah. Ini nomer aku, jika ada sesuatu bisa hubungi
aku saja, mungkin bisa membantu. “Terima kasih cantik” kata Syahrul sambil
melambaikan tangan.
Malam
hari mungkin lebih enak santai di teras, tiba-tiba ayahku datang duduk
bersebelah denganku. Secangkir kopi menemani obrolan kita berdua. “Nak,
bagaimana sekolahmu? Di lihat ko lesu sekali.”ujar ayah. “Kenapa ini yah, ko
tiba-tiba bicara seperti ini tumben sekali, pelajaran semakin banyak yah. Juga
sekarang diadakan les sore. Yah, boleh tidak siti ngekos ?”Pinta ku. “Oh, jika kamu ingin seperti itu ya tidak
apa-apa. Asal bisa jaga diri saja, ini kan kota.” Kata ayah. Di tengah obrolan,
tiba-tiba terdengar suara teleponku berbunyi. Langsung saja aku masuk kamar dan
menjawab telepon itu. “Hallo, maaf dengan siapa ini?” Tanya ku. “waah, sok
tidak kenal. Aku kan pangeranmu.” Siapa ini sopan sekali anda. “hehe, maaf aku
Syahrul. Lagi apa cantik?” kata syahrul. Hei, dasar kamu. “Aku kira kamu siapa -_-
, lagi santai aja ini. Ada apa ko telfon segala”Jawab ku. “Maaf ganggu, lagi
iseng aja. Tidak ada temen ngobrol disini.” Kata syahrul. Tiba-tiba terdengar
bunyi gitar dan seketika itu syahrul menyanyi. Iseng saja aku tinggal tidur.
Paginya, seperti biasa, berangkat ke sekolah pukul 6 . Sesampainya, terlihat
hidung batang syahrul di kelas. Dia pun menghampiriku, “hei, tadi malem ko aku
ditinggal tidur sih? bicara sendiri jadinya aku.” Ujar Syahrul. “Haha, maaf
deh, habisnya sudah ngantuk dan juga suara kamu itu membuat tambah mengantuk”Kataku.
“Waah, berarti suara aku merdu dong” lirik Syahrul. “Maaf saja aku tidak bilang
seperti itu” Ledek ku. Tapi kenyataanya mukaku menjadi memerah karena malu. Semakin
hari kami semakin akrab saja, hampir setiap malam dia menelepon ku. Sempat
terlintas di fikiran ku apakah dia menyukaiku. Kenapa dia baik sekali. Hiraukan
saja lah, mungkin aku yang terlalu PD.
“Siti,
ko kamu jarang naik bus lagi? Apa mungkin kamu naik kendaraan sendiri ya?”
Tanya Syahrul. “Ah tidak, aku sekarang mengekos di dekat sini. Badan aku
terlalu lelah untuk pulang pergi setiap hari” ucapku. “Oh, pantas saja. Wah,
jadi tidak ada bidadari lagi yang menemani pulang ini” rayu Syahrul. “Wah kamu,
ada-ada saja” Jawab ku. “Boleh minta tolong? Ini nih, aku bingung dengan PR ini”
tanya syahrul. “Yang mana? , oh ini toh” Jawabku. Mengangguk-angguk sambil
melihat . Tiba-tiba buku yang aku pegang terjatuh. Sontak saja aku langsung
mengambil buku itu, namun ternyata syahrul lebih cepat mengambilnya. “Duuuk”
terdengar suara pukulan. “Syahrul ! sakit tahu.. ahh” jerit ku sambil memegangi
jidat. “Waah, maaf tidak sengaja. Aku juga sakit ini, maaf ya?” belas Syahrul. “Ciee”
teriak teman-teman. Kenapa juga mesti terjadi
seperti ini, batinku. Bukan hanya jidat ku yang sakit tapi hati ku juga
sakit setelah kejadian ini. Di kelas, bukannya memperhatikan guru malah melamun
terus. Loh, kenapa sih. ada apa ko aku memikirkan dia terus. “Jangan sampai
jangan” pikirku. Sambil menepuk pipinya. Kejadian yang sama juga di alami
syahrul, dia senyum-senyum sendiri memikirkan hal tadi. Mereka berdua mulai
tumbuh rasa sayang, namun belum ada yang mengetahuinya.
Saat
jam istirahat Syahrul kembali mengajak siti makan siang. Namun, siti menolaknya
karena masih ada tugas yang belum di selesaikannya. “Maaf ya, kamu makan
sendiri dulu” Jawabku. “Oh, tidak apa. Apa perlu nanti aku bawakan makan?”
tanya Syahrul. “Tidak usah, merepotkan saja. Lagian masih ada roti di tas ku
tadi”Jawabku. Setelah Syahrul pergi aku menghela napas panjang-panjang. Kenapa
jantungku berdetak cepat. “Huh, tidak apa lah tidak istirahat, dari pada harus
makan bareng sama Syahrul. Takut salah tingkah nantinya” Pikirku. Saat di rumah
ada sms masuk, ternyata dari Syahrul. “hai cantik, nanti malam ada acara tidak
? makan yuk” . “Haduh, aku balas apa ini, tapi apa salahnya sih. Cuma makan
malam inih, lagian bosen juga sendirian terus di kos-kosan” Batinku. “oke,
dimana? Ketemu dimana?”. “Nanti aku jemput kamu, sampai jumpa nanti malam ya”.
Balas Syahrul, hela napas yang panjang. “Hanya makan biasa, inget !” pikirku.
Malam
harinya, tepat pukul 19.00 aku sudah rapi dengan baju ku. Suara bel berbunyi.
Mungkin Syahrul, saat ku buka pintu hanya terdiam menatapnya. Manis sekali dia,
ada apa ini. Kan makan malam biasa, tidak sepadan dengan baju yang kukenakan.
Waah wah, rapi sekali. “Mau kondangan ya pak? Hehe” Ledekku. “Ahh, bisa saja.
Sudah siap? Ayo bidadari silakan naik motorku” kata Syahrul. Sesampainya di
sana. Aku bingung apa dia tidak salah tempat. Karena ini sepi. Kami berdua
masuk suara biola mengiringi langkah kami. Tepat di depan sudah ada meja . aku
duduk, dan memesan sebuah makanan. Sama halnya dengan Syahrul. “Syahrul, ini
kan tempat bagus ko tidak ada pengunjungnya” Tanyaku. “Tempat ini aku sediakan
untukmu sayang, maukah kau jadi pacarku?” ucap syahrul. dag dig dug, getaran jantungku
semakin kencang. Apa yang harus ku perbuat . terima atau tidak? Ahh, sudah
tidak nafsu makan ini. “Apakah kamu serius?” Tanyaku. “Sungguh serius, sejak
aku melihat menolongmu di bus itu aku sudah tertarik padamu. Tidak sengaja aku
mendapatkan sekolah yang sama denganmu. Entah itu kebetulan atau juga rencana
Tuhan.” Kata Syahrul. Dengan segala pertimbangan ahirnya aku menerima
tawarannya. Sejak saat itu kami resmi berpacaran. Di sekolah kami menjadi lebih
sering bersama , makan siang bersama, bercanda gurau, bekerja kelompok,
mengerjakan tugas.
Suatu
malam, saat aku menonton televisi di kos-kosanku. Tiba-tiba terdengar bel
berbunyi. Aku intip terlebih dahulu, karena aku saat itu sedikit takut.
Ternyata Syahrul, kubuka pintu dan dia masuk. “Ada apa ini, tumben main?”Tanyaku.
“Tidak, hanya kangen saja ingin bertemu boleh kan?” ucap Syahrul. “Ohh, tidak
apa. Mau minum apa?” Tanyaku. “Tidak usah repot, cukup jus melon ya. Hehe”
Canda Syahrul. “Haha, okeh tuan akan saya buatkan teh manisnya saja ya”Ucapku.
“tidak usah terlalu manis, takut nanti kesaing sama kamu” gombal Syahrul. Aku
buatkan dia teh di dapur, Syahrul menunggu di ruang tamu. Namun, bel berbunyi.
Tapi, aku tidak sempat membukakan pintunya. Tiba-tiba “aww” aku tergelincir
seketika itu Syahrul menolongku, dia memegangi tanganku, dia pijit kakiku yang
keseleo. “Apa yang kalian lakukan! “ Tiba-tiba terdengar suara ayah. Dia sudah muncul
di hadapanku, ternyata itu ayah, belum sempat aku bukakan pintu. Ayah melihat
Syahrul memegangi tubuhku. Aku langsung berdiri, takut ayah salah paham.
Langsung saja aku jelaskan, namun malam itu ayah benar-benar marah. Aku
benar-benar dilarang lagi berteman dengan Syahrul bahkan ayah mengatakan bahwa
mulai besok aku harus meninggalkan tempat kosku. Aku akan di antar dan dijemput
setiap hari. Kali ini ayah tidak bisa di ajak kompromi lagi.
Sejak
saat itu kami berdua sudah tidak pernah bertemu kembali. Mungkin dia sudah
menyerah denganku. Dia pun pindah sekolah lagi ke tempat lain. Ahirnya aku
hanya fokus kepada pelajaranku, tidak mau mengambil resiko seperti dulu.